Barangkali saja karena populasinya yang cukup banyak dan kemunculannya bergantung pada musim, branjangan yang memiliki suara dasar ’tit..tit..tit...ciiir...ciir..ciir’ ini gampang sekali dijodohkan. Tidak seperti burung kicauan lainnya, burung berwarna coklat kekuning-kuningan ini dalam proses penjodohannya tidak harus terlebih dahulu lewat pengenalan dari pejantan dan betina.
Branjangan yang sudah dewasa atau berumur minimal setahun, sudah bisa langsung dipertemukan jika sama-sama birahi.
Tidak ada perbedaan ciri-ciri birahinya. Jantan dan betina sama-sama ’ngleper’ jika sedang birahi. Dan jika telah sama-sama birahi, jika dilepas di kandang, si jantan dan betina tidak akan berkelahi. Setelah dilepas dalam satu kandang, si jantan akan bereaksi terlebih dahulu dengan menunjukan kegagahannya yang ditandai sayap ngleper dan dikepalanya muncul jambul.
Branjangan betina di kepalanya juga terdapat jambul, namun sedikit. Tetapi volume suaranya sama-sama keras. Hanya saja, suara betina agak terputus-putus dan variasinya kurang. Kebiasaannya yang sering ngleper ketika birahi lebih sering lagi. Sedangkan betina jika belum muncul sifat-sifat birahinya sedikit ketakutan. Jika sudah demikian, jantannya makin birahi dan mengejar betina.Terkadang saat betina terbang naik turun selalu dilkuti sang jantan.
Proses perjodohan branjangan biasanya terjadi siang hari. Branjangan jantan suka sekali ngleper di atas batu, sedang betina di bawahnya. Tanda-tanda penjodohan yang paling nampak adalah ketika branjangan jantan sering membawa alang-alang kering untuk membuat sarang. Keistimewaan branjangan ketika membuat sarang tidak selalu memilih tempat yang disediakan oleh perawatnya. Masa penjodohan hingga bertelur tidak pasti. Waktu yang diperlukan dari masa penjodohan hingga bertelur bervariasi dari 3 – 15 hari, bergantung pada situasi lingkungan di sekitar penangkaran dan asupan gizi pakan.
0 komentar:
Posting Komentar